Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Beberapa Manfaat Cumi-cumi Dalam Kesehatan Sajian Makanan

Jakarta - Sajian cumi-cumi yang dibaluri dengan tepung dan digoreng atau dikenal dengan sebutan calamary, menjadi food selection andalan di sebagian besar restoran akhir-akhir ini. Hidangan yang lezat ini telah secara rutin muncul dalam bisque, sup, pasta, risotto, dan yang lainnya. Dikutip dari The Wellness Site, Kamis (23/9/2021), di pesisir India, hidangan lokal dengan bahan dasar cumi-cumi disebut dengan Koonthal, Kanawa atau Kadamba. Umumnya dimasak dengan saus atau hanya digoreng. Berbeda dari ikan, daging cumi-cumi berwarna pucat, putih transparan, bertekstur kenyal dan bercita rasa gurih. Namun, selain rasanya lezat tentu saja cumi-cumi memiliki manfaat yang jarang diketahui. Berikut tujuh manfaat cumi-cumi bagi kesehatan menurut Geeta Shenoy, seorang ahli gizi: 1. Makanan yang Bergizi Cumi-cumi adalah moluska dari keluarga kerang, dan berwujud dalam empat jenis, yaitu, hitam, putih, cangkang keras dan merah. Cumi-cumi mkaya akan protein, mineral dan rendah k

Pengembangan Vaksin Merah Putih Yang Diharapkan Bisa Untuk Mencegah Virus Covid-19 Yang Bermutasi

Jakarta - Beberapa instansi di Indonesia tengah meneliti dan mengembangkan Vaksin Merah Putih guna menyudahi pandemi COVID-19. Dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Indonesia (UI), hingga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) diketahui tengah mengembangkan vaksin Merah Putih yang merupakan vaksin COVID-19 produksi dalam negeri. Tidak menutup mata bahwa produksi vaksin Merah Putih terjadi di tengah virus Corona yang terus bermutasi. Di Indonesia saja, varian Delta mendominasi hampir 90 persen kasus COVID-19.   Lantas, apakah mutasi virus Corona berpotensi memengaruhi efektivitas vaksin Merah Putih?   Menurut Ahli Mikrobiologi Universitas Padjajaran (UNPAD), Dr Mia Miranti, ada kemungkinan vaksin COVID-19 yang lahir dari laboratorium-laboratorium besar Indonesia terpengaruh mutasi virus penyebab COVID-19 yang bisa terjadi di masa mendatang. "Selama virus COVID-19 bermutasi memang akan berpengaruh terhadap kinerja vaksin

Melatih Fisik Secara Teratur Dan Kegiatan Aktif Bisa Menjaga Kondisi Tubuh di Tengah Pandemi

Jakarta - Memperingati hari olahraga nasional, kesadaran masyarakat untuk tetap aktif meski di tengah pandemi menjadi perhatian bersama. Olahraga kini banyak dilakukan di rumah untuk meningkatkan imunitas demi menunjang kesehatan dan kebugaran tubuh setiap hari. Akan tetapi, hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 33,5 persen masyarakat Indonesia masih kurang melakukan aktivitas fisik. Padahal hal ini dapat berakibat fatal bagi kesehatan tubuh, seperti menyebabkan tulang otot mengecil, susah bergerak, hingga dapat menyerang sistem body organ tubuh lainnya. Globe Health And Wellness Organization (THAT) juga menyebutkan bahwa pola hidup kurang bergerak aktif termasuk dalam 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) Dr. Leny Pintowari, SpKO, berolahraga atau melakukan aktivitas fisik dapat membuat tubuh lebih bugar dan sehat sehingga daya tahan tubuh lebih kuat dan dapat mengurangi resiko tertular infect

Bersiap Mencegah Osteoporosis Sejak Dari Muda Agar Terhindar di Masa Tua

Jakarta - Mencegah osteoporosis di usia tua bisa mulai dilakukan dengan cara menabung tulang di usia 30-an. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melakukan pola hidup sehat di usia muda. Dokter spesialis orthopedi dan traumatologi dari Universitas Indonesia, dr. Omar Lutfi, Sp.OT, mengatakan, menabung tulang ini antara lain melalui rutin berolahraga, konsumsi makanan bernutrisi yang cukup untuk tubuh. "Dari muda sampai usia 30 tahun-an itu kita menabung tulang, dengan beraktivitas yang bagus, makan yang bagus, kepadatan tulang akan tinggi," kata dia dalam "Talk to the Professional"yang digelar Back Facility RS Premier Bintaro, secara digital, beberapa waktu lalu dilansir dari Antara. Omar yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi Indonesia (PABOI) itu menuturkan, puncak kepadatan tulang terjadi saat seseorang berusia 20 tahun-30 tahun lalu berkurang setelah usia 35 tahun. "Setelah di atas usia 35 tahun bias